Delimo, Obat Kangen Tuban saat PSBB di Jabodetabek

Delimo adalah salah satu buah musiman yang enak banget. Beberapa menyebut delima beberapa lainnya menyebut Srikaya. Tapi saya tetap setia menyebut Delimo.

Delimo Tuban

Wilayah Jabodetabek telah resmi memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Selain PSBB ada kebijakan dari Presiden RI bahwa semua orang dilarang mudik.

Saya setelah Virus Covid19 makin marak di Jakarta, saya dan keluarga sudah memutuskan untuk tahun ini nggak mudik dulu. Saya sudah baca bagaimana mekanisme penularan penyakit ini. Di rumah ada Bapak dan Ibu saya usianya sudah di atas 50 tahun yang menurut berbagai sumber adalah usia yang rentan tertular dan ada juga keponakan-keponakan lucu di rumah.

Saya enggak mau orang-orang terdekat saya dan terpenting dalam hidup saya tertular penyakit ini, apalagi itu akibat dari saya sendiri.

Nah tapi sebagai orang Tuban kan ya kangen sama Tuban. apalagi beberapa waktu lalu banyak teman-teman di Tuban yang buat story WA soal kenikmatan Delimo.

Saya jadi teringat, bahwa delimo ini muncul di ujung Musim Hujan menuju musim kemarau. Kalau orang Tuban bilang “Bar Jagung” yang terjemahan bebasnya pasca panen Jagung. Saat musim ini tiba maka kamu akan mendapati melimpahnya stok delimo di pasar-pasar Tuban.

Melihat itu kok ya tangan langsung bergerak pencet Video Call. Begitu diangkat, sampek lupa salam langsung bilang “Buuuukkk… Kirimi Delimo, sing mentah ben mboten bonjrot”. Ibu saya kaget terdiam beberapa lama. Mungkin beliau terpikiran “Iki anakku kesambet opo?” Haha.

Setelah percakapan singkat Ibu dan Anak itu, tiba-tiba siangnya, Ibu saya bilang sudah dikirim. Mentah-mentah katanya. Ya entahlah jadinya apa ketika sampai ke Bekasi. Hawong saya pernah balik ke Bekasi bawa pisang mentah nyampe Bekasi Auto mateng, hehe.

Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Setelah dua hari dalam perjalanan, Delimo saya sampai juga. Oiya karena ada PSBB, kurir tidak diperkenankan masuk ke Perumahakan saya. Kurir hanya sebatas sampai di Pos Satpam Kompleks. Ya enggak apa-apa, saya dikabari kurirnya kalau ada paket di Pos Satpam.

Terus saya ke pos satpam menanyakan paket tersebut. Ternyata udah enggak berbentuk. Haha. Udah basah sana-sini juga. Saya udah putus asa. Pasrah wes.

Sampai rumah saya buka, memang benar banyak yang bonyok. Tapi serunya masih banyak yang selamat. Kayanya yang bonyok itu yang udah mateng. Terus saya cuci yang bagus-bagus itu. Lalu aromanya, Ya Allah saya kangen Tuban! Semoga wabah ini segera berakhir dan saya bisa kembali menikmati segalanya tentang Tuban.

Lalu saya kabari Ibu saya. Beliau senang delimonya sampai dengan selamat. Beliau menjelaskan musim delimo ini dua kali. Pertama ya seperti sekarang sesaat setelah musim panen jagung. Nanti akan ada yang kedua. Nah yang kedua ini kualitas delimo jadi lebih baik. Dagingnya pun berasa lebih enak teksturnya.

Tapi ya nggak apa-apalah yang penting kangen saya terhadap delimo sudah terobati.

Untuk sekedar pengetahuan, di Tuban banyak tumbuh delimo. Biasanya delimo tumbuh di pematang-pematang tegalan. Tumbuh di tempat yang tinggi di perbukitan kapur yang jadi ciri khas Tuban. Rasa dari delimo pun juga khas. Dagingnya yang lembut dan rasa yang sangat manis menjadi ciri khas Delimo asal Tuban.

Jika saat musim delimo seperti saat ini, banyak kok dijual di pasar. Tapi karena ini ada wabah virus, yuk taati protokol kesehatan. Kemanapun kita pergi tetap gunakan masker dan secepatnya kembali jika buahnya sudah dapat, terakhir cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah masuk rumah.

Related articles

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *