Waktu pengumuman Pembatasan Sosial Berskala Besar diperketat, saya langsung sewot. Pekerjaan di kantor banyak sekali yang belum selesai. Target-target belum tercapai, enggak mungkin Work from Home seperti bulan Maret lalu.
Di kantor saya ada Gugus Tugas Covid19 yang diberi wewenang oleh Manajemen untuk membuat, melaksanakan dan mengawasi kebijakan teknis terkait dengan pemberlakukan Protokol Kesehatan di lingkungan kantor saya.
Mereka terdiri dari Senior Staff dan divisi-divisi yang terkait dengan pengaturan orang. Ya, tentu saja ada HRD, HSSE, dan dilengkapi Dokter.
Gugus Tugas Covid19 di kantor kami langsung sigap menyambut PSBB ketat yang diumumkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Mereka mengeluarkan aturan, bahwa setiap divisi hanya diperbolehkan kehadiran maksimal 10% dari total pegawai di divisi tersebut.
Pada hari pertama PSBB Ketat, saya langsung mengajukan diri menjadi bagian dari 10% itu. Di divisi saya, ada 10 orang, jadi ya pas saya saja yang diperbolehkan masuk.
Saya mulai kerja pukul 08.00 WIB, dan langsung tancap gas bekerja. Saya bekerja dengan lancar, dan sampailah pada pukul 11.00 WIB, atasan saya telepon. Saya diminta untuk segera meninggalkan kantor karena ada staff di kantor yang positif Korona dan kantor harus ditutup minimal 3 hari sesuai dengan aturan yang dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta.
Saya kaget tapi selanjutnya ya tidak merasa apa-apa, ya biasa saja. Tidak beberapa lama Satpam Kantor berkeliling meminta pengosongan kantor maksimal pukul 12.00 WIB. Ya sudah akhirnya saya pulang.
Tracing Pertemuan Pasien dengan Staff Lain di Kantor
Setelah itu kantor ditutup, enggak cuma 3 hari tapi seminggu. Tahapan selanjutanya dilakukan tracing oleh Gugus Tugas kepada para karyawan di kantor, ditemukan ada beberapa yang kontak erat dengan pasien dan ada juga yang tidak erat.
Gugus tugas sudah menyusun prosedur penanganan Korona di kantor dengan sangat baik. Untuk yang ditemukan melakukan kontak erat dengan pasien, maka langsung dirujuk untuk PCR atau Swab Test di rumah sakit terdekat kediaman pegawai.
Beberapa hari kemudian, banyak rekan-rekan di kantor yang diswab. Ini berdasarkan hasil tracing dari Gugus Tugas, mereka sempat kontak erat dengan pasien yang sebelumnya dinyatakan positif Korona.
Sebagian dari mereka yang melaksanakan Swab Test ada yang positif. Gugus Tugas pun makin sibuk memetakan interaksi antara pasien-pasien ini dengan rekan-rekan kerja di kantor.
Pasien-pasien ini sekarang sudah melakukan isolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran.
Lalu Apa yang saya Rasakan?
Sejak banyak kawan-kawan saya di kantor yang positif Korona, saya jadi takut sama gejala Covid19. Padahal saya enggak pernah kontak erat dengan pasien-pasien positif ini, selain karena beda divisi tapi juga karena enggak ada keperluan yang mengharuskan saya kontak erat dengan mereka.
Gugus Tugas Covid19 kantor pun menyatakan hal serupa, bahwa saya tidak pernah kontak erat dengan pasien selama berada di lingkungan kantor. Gugus Tugas menggunakan perangkat CCTV yang memang terpasang secara masif di kantor.
Tetapi perasaan takut saya kadang-kadang menimbulkan halusinasi. Contohnya saya tiba-tiba merasakan tenggorokan yang agak enggak nyaman. Kita ketahui bersama, bahwa tenggorokan sakit adalah salah satu gejalan Korona.
Sampai suatu ketika, istri saya telepon dan berujar “Kok ada suara wus-wus gitu?” Saya panik. Saya langsung menduga itu dari nafas saya yang mungkin sesak. Ternyata pas saya telepon di belakang saya ada kipas angin.
Gangguan Psikosomatik
Setelah saya dihantui dengan pertanyaan “Apa ini saya mengalami gejala Korona?”. Saya melakukan obrolan singkat dengan group WA kantor. Kebetulan di group tersebut ada orang Psikologi.
Saya menyatakan bahwa saat kerjaan saya lancar dan merasa tenang, maka sakit tenggorokan saya hilang. Ada salah satu rekan kerja saya menjawab bahwa ketika saya mendengar ada rekan kerja di kantor positif Korona, saya langsung seperti merasakan gejala Korona, seperti sakit tenggorokan, lalu tiba-tiba kepala pusing dan lain-lain.
Dia tertawa, dan menyebutkan bahwa saya mengalami Psikosomatik.
Psikosomatik, apa itu?
Saya makin tertarik dengan istilah tersebut, saya langsung googling apa itu Psikosomatik. Saat saya browsing, saya menemukan banyak artikel tentang Psikosomatik di saat wabah seperti ini.
Psikosomatik menurut kompas.com adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh hingga memicu munculnya keluhan fisik tanpa adanya penyakit.
Lalu apakah saya Psikosomatik? Ya belum tentu juga, karena belum diperiksa oleh ahlinya. Kata teman saya, Psikosomatik tetap membutuhkan Assesment oleh Ahli, jadi jika kamu mengalaminya langsung hubungi Psikolog atau minimal ke dokter dulu.
Untuk Saya, saya akan tetap melaksanakan rekomendasi Gugus Tugas kantor saya. Rekomendasi untuk saya saat ini adalah Work from Home hingga tanggal 28 September 2020.
Terakhir saya ingin mengingatkan untuk selalu gunakan masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta jangan keluar rumah jika tidak ada kepentingan.